IKLAN

Awalnyo Panasaran, Etekko Bisnis Karupuk dari Bonggol Pisang

Peluang usaha keripik debog
Blitar - Kalau mendengar keripik nangka atau apel, pasti anda sudah terbiasa. Tapi bagaimana dengan keripik debog?

Pasti bikin penasaran ingin mencobanya. Ya, keripik ini katanya berbahan dasar debog atau bonggol pisang.

"Saya selalu bawa oleh-oleh ini kalau ke Malang. Orang biasanya mengira ini keripik jamur, padahal debog," ujar seorang konsumen, Titik (47), di sebuah toko pusat oleh-oleh di Jalan Anjasmara Kota Blitar.

Penasaran dengan cara membuatnya, detikcom berkunjung ke rumah produsennya. Berada jauh sekitar 30 km barat Kota Blitar, tepatnya di Dusun Bakalan Desa/Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar.


Sang pembuat adalah Umi Nihayah (46), yang mulai berinovasi dengan keripik debog pada 2013 silam. Umi aslinya memang pembuat kue kering. Suatu saat, dia menemukan resep debog dari internet.

"Saya sangat penasaran, gimana rasanya. Karena di sini gampang sekali dapat debog, lalu saya coba bikin sedikit ," tuturnya.

Debog atau bonggol pisang yang masih basah (baru diambil) dikupas sampai ke umbi utama. Lalu dipotong tipis-tipis, direndam air selama 24 jam. Diberi bumbu yang terdiri dari garam, bawang putih, kunyit, ketumbar dan daun jeruk. Bumbu yang sudah dihaluskan lalu dicampur tepung beras dan diberi air. Irisan debog dicelupkan dalam adonan bumbu, lalu digoreng di minyak yang panasnya mencapai 200 derajat celcius.

Tak perlu lama menggorengnya, karena dalam satu menit debog dalam baluran tepung bumbu sudah kering. Rasanya renyah gurih.

Hasil olahan keripik debog pertama itu, katanya, sengaja dia makan sendiri. Takutnya tidak enak atau beracun. Namun setelah diicipi dan tidak berefek samping, diapun membawanya ke jamaah tarawih di Masjid dekat rumahnya.


Peluang usaha keripik debog

"Ibu-ibu pada senang. Renyah enak katanya. Setelah semua makan baru mereka bertanya, keripik apa ini. Saya jawab debog, semua tertawa. Dikiranya saya bergurau," tutur ibu dua putra ini.

Sejak saat itulah, keripik debog buatan Umi mendapat banyak pesanan. Apalagi saat itu menjelang Lebaran. Ketika Lebaran usai, rupanya sang putra berinisiatif menawarkannya ke toko oleh-oleh milik teman kuliahnya di Mojokerto.

"Ada sisa sama anak saya dipacking aluminium foil lalu ditawarkan ke toko temannya di Mojokerto. Alhamdulillah, mereka langsung pesan banyak. Ya sejak saat itu saya tekuni bikin keripik debog sampai sekarang," tutur Umi.

Dalam sebulan, Umi mampu memproduksi 100 kg keripik debog. Dia kemas dalam dua kemasan, yang berat 100 gram dibanderol Rp 12.500. Sedangkan yang berat 250 gram harganya Rp 25.000

"Kalau yang lokasinya jauh, mereka packing sendiri. Saya jualnya curah, tapi minimum pembelian 5 kg dengan harga Rp 58 ribu/kg," tuturnya.

Keripik debog racikan Umi menyajikan empat varian rasa. Ada rasa keju, original, pedas dan sapi panggang.

Dari usaha keripik debog ini, Umi bisa meraup omzet Rp 10 juta per bulan. Dengan tiga karyawan, dia melayani pesanan dari berbagai daerah. Seperti Malang, Kediri, Tulungagung, Mojokerto dan Surabaya. Keripik Debog produksi Umi juga sudah mendapat sertifikasi Halal dari MUI dan izin resmi dari BPOM. (hns/hns)
Share:

Saudi-Libanon memanas, Kemlu pantau kabar 155 WNI di Libanon

Forkapsita.com- Kementerian Luar Negeri terus mengamati kabar warga negara Indonesia yang berada di Libanon, terutama keamanan di negara tersebut. Selain itu, pendataan ulang WNI yang berada di Libanon juga terus dilakukan dan selalu berkomunikasi dengan WNI yang berada di negara tersebut.

Hal itu terus dilakukan usai Menteri Urusan Teluk Arab Saudi, Thamer al Sabhan mengatakan Libanon telah menyatakan perang terhadap Arab Saudi. Bahkan Saudi juga memerintahkan agar warganya yang berkunjung atau tinggal di Libanon untuk pergi secepatnya.

Seperti data yang diterima dari Kemlu, saat ini ada 155 WNI yang berada di Libanon, termasuk pelajar dan mahasiswa dan keluarga staf KBRI. Di luar itu, juga ada 1.296 pasukan perdamaian PBB di bawah misi United Nations Force in Lebanon (UNIFIL).

"Malah mungkin bisa lebih banyak lagi kalau dijumlahkan," kata Direktur Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal di Bogor, Sabtu (11/11).

Selain keamanan di Libanon, WNI di Suriah juga tak luput dari perlindungan pemerintah Indonesia. Saat ini ada sekitar 1.000 WNI yang ada di Suriah.

Suriah memang menjadi pintu keluar yang aman bagi Libanon. Saat terjadi konflik Suriah tahun 2012-2014, setidaknya ada 7.000 TKW yang bekerja di Suriah yang dievakuasi ke Libanon. Dan ditampung di KBRI Beirut sebelum diterbangkan kembali ke Indonesia. (sumber :Merdeka.com)
Share:

Dalam sehari, Alibaba catatkan transaksi penjualan Rp 342,8 triliun



Forkapsita.com - Alibaba Group telah menggelar 11.11 Global Shopping Festival 2017. Selama event tersebut, total transaksi Gross Merchandise Volume (GMV) perusahaan mencapai USD 25,3 miliar atau Rp 342,8 triliun. Semua transaksi ini dilakukan melalui Alipay pada tanggal 11 November 2017.
CEO Alibaba Group, Daniel Zhang mengungkapkan, transaksi tersebut
mengalami peningkatan sebesar 39 persen jika dibandingkan dengan tahun 2016. Selain itu, sebanyak 90 persen transaksi Alipay dilakukan melalui gawai.
"Nilai USD 25,3 miliar dalam satu hari transaksi bukan hanya menggambarkan hasil penjualan," kata Daniel dalam siaran pers kepada merdeka.com di Jakarta, minggu (12/11).
Daniel mengatakan, hal ini menggambarkan pelanggan dan mitra telah menerima dengan baik antara ritel online dan toko offline.
"Ini menggambarkan aspirasi untuk mendapatkan produk yang baik dari masyarakat Tiongkok, terlebih lagi ini juga menggambarkan bagaimana pelanggan dan mitra kami telah menerima dengan baik integrasi antara ritel online dan offline," ujarnya.
Total transaksi GMV yang menggunakan gawai mencapai 90 persen dari total transaksi, sedangkan pada tahun 2016 transaksi ini hanya mencapai 82 persen. Pada festival ini terdapat lebih dari 140.000 brand dan pelaku usaha yang turut berpartisipasi.
Untuk diketahui, 11.11 Global Shopping Festival dimulai pada tahun 2009 dengan jumlah peserta hanya 27 pelaku usaha. Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan kesadaran pelaku usaha dan konsumen terhadap nilai dari belanja online.
Dalam waktu tujuh tahun, hampir 100.000 pedagang berpartisipasi pada festival belanja internasional ini. Dalam waktu 24 jam, total belanja konsumen tercatat sebesar RMB 120,7 miliar atau USD 17,79 miliar. (Sumber: Merdeka.com)
Share:

Lafran Pane Bersama Tiga Tokoh Lain Mendapat Gelar Pahlawan Nasional

 Jakarta – Menjelang peringatan Hari Pahlawan Nasional yang jatuh pada 10 November, Presiden Joko Widodo memberikan penganugerahan gelar pahlawan yang diberikan kepada empat tokoh nasional, salah satunya pendiri organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Prof. Drs. H. Lafran Pane (almarhum) dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Selain Lafran Pane, tiga tokoh lainnya ialah TGHKH Muhammad Zainuddin Abdul Mdjid (almarhum) dari Nusa Tenggara Barat, Laksamana Malahayati (almarhumah) dari Aceh dan Sultan Mahmud Riayat Syah (almarhum) dari Kepulauan Riau.
Gelar kepahlawanan keempat tokoh tersebut diberikan secara resmi oleh Presiden Joko Widodo kepada ahli waris masing-masing di Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis (9/11/2017). Penganugerahan ini ditetapkan melalui Keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/Tahun 2017 tanggal 6 November 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional melalui sidang Dewan Gelar Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan pada tanggal 19 Oktober 2017 sesuai usulan dari Kementerian Sosial.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo beserta jajaran turut menghadiri penganugerahan Pahlawan Nasional ini.
Selain itu, pemberian gelar Pahlawan Nasional juga berpedoman pada UU Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan, khususnya pasal 26 yang menjelaskan bahwa gelar diberikan kepada seseorang yang telah meninggal dunia dan semasa hidupnya pernah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik atau perjuangan dalam bidang lain untuk mencapai, merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. (ed)
Share:

Asal Mula Nama Hajoran Tapanuli tengah

Hajoran adalah kampung  indah  kampung  Nelayan yang berada di pinggir pesisirTeluk Tapian Nauli  di kecamatan Pandan, dahulunya Desa ini salah satu desa terluas di Tapanuli Tengah, terdiri dari berbagai dusun yang dahulu hanya  sebuah Desa, dari Kelurahan Muara libung (lingkungan I hajoran) sampai dengan kelurahan Budi luhur berbatas (jembatan Pandan) Karena begitu luasnya Desa ini dimekarkan Pada tahun 2011 hingga terdiri dari berbagai kelurahan yaitu, kelurahan Muara Libung ,Kelurahan Hajoran Indah,  Desa Aek Garut, Kelurahan kalangan Indah, Kelurahan Kalangan Induk, Kelurahan Mangga dua, Kelurahan  Budi Luhur.

Jaman dahulu kawasan ini adalah sarang begal (penyamun) yang selalu menunggu mangsa yang dari arah selatan (padang sidempuan) untuk menjadi santapan empuk para perampok di sekitar tanjakan gunung sebelah Kalangan yang berhutan lebat (ada sebuah   Batu di sini yang bernama Batu Parniatan)batu ini adalah tempatnya Kaum Tionghua melakukan pemujaan.

Mereka yang telah dirampok umumnya selalu mengucapkan ‘joran au bah lao sahali nai tu son !’ (Jera saya pergi lagi ke sini!) sehingga kampung ini selalu mereka sebut Kampung Hajoraan, yang menjadi nama desa indah dan damai itu sampai sekarang.


Share:

Sejarah Datuk Itam(Datuk Poncan)

Menurut sejarah Pada tahun 1785 masa pemerintahan Abdul Muthalib gelar datuk Bandaharo kayo atau yang lebih di kenal dengan sebutan akrab Datuk Itam di Poncan Ketek telah mununjukkan kemajuan yang pesat dalam perdagangan sampai-sampai masyarakat berdagang ke pulau Malaysia.
                                                                        Abdul Muthalib, yang dikenal sebagai peletak adat Sumando di pesisir barat itu, dilahirkan tahun 1760 di negeri Nagur India Selatan dan Inggris membawanya ke Bengkulu sebagai pekerja dan sekaligus sebagai pedagang dan kelompok Datuk Itam membuka kampung Nugur di bengkulu yang sekarang dinamakan kampung Nala . Pada waktu mudanya Datuk Itam sebagai seorang pedagang ysng cukup berhasil dan juga sebagaipenyebar agama Islam yang di segani di bengkulu yang dalam perdagangannya dan penyebaran agama Islam sampai ke daerah teluk Tapian Nauli dan sebagai penyalur kepentingan pedagang Inggris di Bengkulu.

Pada waktu itu Inggris telah membuka kantor perdagangan di Teluk tapian nauli untuk mendapatkan garam, kemenyan dan kapur barus. Melihat perdagangan yang cukup ramai di Tapian Nauli maka Abdul Muthalib selanjutnya berdomosili di Tapian nauli yaitu pulau Poncan ketek. Karena keberhasilannya dibidang perdagangan maupun sebagai penyebar ajaran Islam di poncan ketek maka di beriah ia gelar Datuk Bandaharo Kayo, namun ia lebih di kenal dengan gear Datuk itam karena kulitnya memang hitam kelam sebab berasal dari India.

Beliau wafat pada tahun 1836 dan dimakamkan di Poncan Ketek, terbukti sampai dengan saat ini makam beliau masih ada di Pulau Poncan Ketek, beliau adalah sebagai sosok terpenting dalam peletak dasar adar Sumando di Teluk Tapian Nauli. Makam beliau sendiri orang lain kebanyakan tidak tau keberadaan makam ini, karena wisatawan lebih sering berkunjung ke Pulau Poncan Gadang ketimbang ke Pulau Poncan Ketek.

Dikarenakan pihak pemerintah pun tidak pernah memperkenalkan situs sejarah yang sangat penting di Kota Sibolga kepada wisatawan bahkan untuk mempromosikan dan melestarikan situs sejarah ini tidak dilakukan pemerintahan Kota Sibolga. Mari menjaga dan melestarikan situs sejarah yang sangat penting ini, salah satu pendiri Adat Sumando atau adat pesisi di Kota Sibolga dan Tapanuli tengah

Dengan beberapa gelar melekat pada dirinya, yakni Datuk Bandaharo Kayo, Datuk Poncan, dan Datuk Pasa, Datuk Itam yang bernama asli Abdul Muthalib, berasal dari keluarga besar Datuk Senggolo, yang lahir di Bengkulu tahun 1770, tepatnya di Kampung Nagar atau Kampung Nala. Nenek moyangnya sendiri berasal dari Nagore, India Selatan.

1793 diangkat menjadi pegawai pada kantor East Indian Company Bengkulu dan bertugas di Poncan Ketek yang menjadi benteng pertahanan Inggeris di daerah Tapanuli yang populer dengan nama Fort Tapanoully. Sejak itu, Datuk Itam aktif menyebarkan Islam disana dan tahun 1810 diangkat sebagai Datuk Poncan, menggantikan Datuk Poncan sebelumnya Sutan Mangaraja Lelo yang meninggal dunia.

Tahun 1815, ditandatangani Perjanjian Batigo Badusanak antara penguasa-penguasa wilayah di daerah Tapanuli dengan pihak Inggeris. Datuk Itam termasuk ikut menandatanganinya.

Tidak banyak catatan sejarah beliau di Bengkulu yang ada adalah beliau seorang mandor disebuah pertanian yang dikelola Inggiris, lalu di bawa (dipindahkan) ke Pulau Poncan. Beliau amat dicintai oleh orang disekitarnya karena amat senang membantu dan suka membela orang-orang pribumi.

Kesukaan beliau lainnya adalah menjadi pemimpin sekolah agama Islam yang mana murid-muridnya dibebaskan biaya dan murid-murid tersebut menyebar sepanjang pantai Tapanuli. Datuk Itam memiliki 3 orang Istri,

1. Tisa mendapat anak 1. Siti Aisyah, 2. Halimatus Sa’diah, 3. Abd. Salim, 4. Abd. Rahim
2. Rasia mendapat anak 1. Chadijah
3. Tarosi (dari Nias). 1. Ahmad

Untuk daerah Sorkam peranan Halimatus Sa’diah yang menikah dengan Abdul Somad dari Sikua melahirkan banyak orang-orang besar di Sorkam. Abdul Somad (Tuan Sirara) suka berlayar untuk berniaga di Poncan dan begitu berhasil dia lalu menetap di Poncan dan menikah dengan Halimatus Sa’diah.

Sebagian lagi turunan Abdul Somad merantau ke Sinabang (Aceh) dan Tabuyung (Mandailing Natal).

Kebiasaannya suka berlayar mengarungi Aek Sibundong keluar dari Bottot menuju lautan dan selalu membawa pisang sare (pisang barangan), yang amat disukai oleh para orang-orang India membuat nama pisang ini juga dikenal dengan ‘pisang kaling’ dan ini jugalah yang membuatnya berkenalan dengan anak Datuk Itam (Halimatus Sa’diah) dan menikahinya.

Pada tahun 1785 masa pemerintahan Abdul Muthalib gelar datuk Bandaharo kayo atau yang lebih di kenal dengan sebutan akrab Datuk Itam diPncan Ketek telah mununjukkan kemajuan yang pesat dalam perdagangan sampai-sampai Masyarakat berdagang ke pulau Malaysia. Abdul Muthalib dilahirkan tahun 1760 di negeri Nagur India Selatan dan Inggris membawanya ke Bengkulu sebagai pekerja dan sekaligus sebagai pedagang dan kelompok Datuk Itam membuka kampung Nugur di bengkulu yg sekarang dinamakan kampung Nala.

Pada waktu mudanya Datuk Itam sbg seorang pedagang yg cukup berhasil dan juga sebagaipenyebar agama Islam yang di segani di bengkulu yang dlm perdagangannya dan penyebaran agama Islam sampai ke daerah teluk Tapian Nauli dan sebagai supplier kepentingan pedagang Inggris di Bengkulu.

Pada waktu itu Inggris telah membuka kantor perdagangan di Teluk tapian nauli untuk mendptkan garam ,kemenyan dan kapur Barus .Melihat prosfek perdagangan yang cukup ramai di Tapian Nauli maka Abdul Muthalib selanjutnya berdomosili di Tapian nauli yaitu pulau Poncan ketek. Karena keberhasilannya dibidang perdagangan maupun sebagai penyebar ajaran Islam di poncan ketek maka di beriah ia gelar Datuk Bandaharo Kayo,namun ia lebih di kenal dengan gear Datuk itam karena kulitnya memang hitam kelam sebab berasal dari India. Di teluk Tapian nauli Abdul Muthalib (gelar Datuk Bandahar Kayo ) atau yang lebih di kenal dgn Datuk Itam di Poncan Ketek.Karena keberhasilannya tadi,maka sejak saat itu datuk itam mempelajari segala adat istiadat masyarakat etnis pesisir di Poncan Ketek . Pada tahun 1824diadakan perjanjian /traktat London dengan keputusan bahwa segala kekuasaan Raja- raja di seluruh Teluk Tapian nauli di hapuskan oleh Belanda dan para Datuk serta raja-raja/Kuria-kuria hanya mengurus tentang adat istiadat dan Budaya pesisir.

Pada tanggal 13 Maret 1815 pihak inggris mengadakan suatu ikatan perjanjian persahabatan dengan Datuk-datuk di teluk Tapian Nauli dengan kesimpulan istilah Batigo Badusanak , namun pada tahun 1839 Iggris menempatkan seorang commodore yang selalu disebut dengan tuan Kumandor di poncan ketek dan bertanggung jawab terhadap Pemerintah Inggris yang berpusat di Bengkulen.Berarti dengan adanya seorang wakil Pemerintahan Inggris di poncan Ketek,maka jelaslah sudah dalam hal ini raja-raja dan datuk-datuk di pesisir Tapian Nauli telah terjebak kedalam perangkap penaklukan Inggris. Tetapi pada masa itu hal seperti ini kurang dimaklumi oleh penduduk karena cara berpikir masyarakat yang belum luas serta di sibukkan oleh dagangannya masing2,sehingga apa ang direncanakan oleh Inggris dapat berjalan dengan lancar untuk menguasai raja-raja dan datuk-datuk serta masyarakat sendiri tidak merasa di perintah oleh Inggris melainkan perasaan mereka diperintah oleh raja-raja dan datuk saja.

Keadaan yang demikian bukanlah hanya terasa sampai kepada masyarakat yang menghuni Poncan Ketek .pangkat yang tertingi pada masa ini di pegang oleh Datuk sebagai anak nagari,jadi segala keputusan ditangannya. Pada tahun 1848 kerajaan Inggri yang diwakili oleh Jhon Princh telah melakukan timbang terima dengan perwakilan kerajaan Belanda antara Bengkulen dengan Tumasi (Singapura) sehingga pulau Poncan Ketek sampai ke Natal dan daerah pesisir lainnya ditimbang terimakan antara Kampung Pargodungan dengan pasar Onan Hilir Poriaha di kenegerian Tapian Nauli.

Setelah daerah pesisir Tapian Nauli jatuh kepada Belanda akibat pertukaran jajahan maka poncan Ketek bertambah ramai dalam dunia perdagangan sehingga timbullahhasrat Belanda untuk membuka negeri baru didaratan Tapian Nauli dengan menimbun rawa2 yg luas pada tahun 1850 dan mengeluarkan biaya 5.000.000 gulden, karena mendatangkan tahanan (sitarapan) bahasa pesisir yaitu orang2 yang di tawan belanda karena tidak mau mengikuti kata2 penjajah, sehinga seluruh bangsa Indonesia yang tidak senang dengan perbuatan Belanda ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara dan orang-orang inilah yang di paksa untuk mengerjakan /menimbun rawa2 di daerah yang dinamakan pasar Siboga dengan batas pertama kalinya :

- Sebelah Utara dengan Aek Doras (simare-mare). - Sebelah Timur dengan Padang Sidempuan. - Sebelah selatan dengan Ak Muara Baion. - Sebelah Barat dengan teluk Tapian Nauli (depan Gudang Garam ).

Pembangunan penimbunan rawa2 yang menjadikan Sibolga tidak hilang dari ingatan masyarakat sehingga telah terpatri dalam pantun Masyarakat pesisir yaitu Sikamabang : Siboga jolong basusuh Banda dikali urang rante Jangan manyasal Tolan Isuk Kami sapeto dagang sanse. Pantun yang mengandung sejarah tersebut telah terukir dalam ingatan dengan pengertian : Siboga jolong basusuh (Siboga dari awal disusun/dibangun) Banda dikali urang rante ( Parit dn rawa mulai ditimbun oleh para napi) Jangan manyasal Tolan Isuk (jgn menyesal kawan besok ) Kami sapeto dagang sanse. (kami sedikit dagang hancur ) Pada tanggal 1 Maret 1851 sebahagian masyarakat di perintahkan untuk pindah dari poncan Ketek ke pemukiman baru bernama Kampung Siboga  oleh Belanda bersama dengan Residen Van Tapanuli dan Datuk Itam yang juga bergelar Datuk Pasa membawa seluruh adat Sumando pesisir pindah ke Sibolga.

Dengan bertambahnya masyarakat dan bermigrasi dari Poncan Ketek ke sibolga ,maka bertambah pulalah penghulu2 ,dan stelsel Datuk masih diteruskan : dari penghulu yang berempat tadinya di poncan ketek sekarang ditambahkan dua lagi sehingga menjadi enam penghulu yaitu : 1. Penghulu Pasisir untuk etnis pesisir , dari poncan ketek dan batak Islam. 2. Penghulu Nie untuk etnis Nias dari pulau Tello 3. penghulu Darek untuk etnis minang kabau dan Aceh 4. Penghulu Jawa untuk etnis Jawa,madura ,Bugis dan Makasar. 5. PenghuluToba untuk etnis Batak Toba dari Taput. 6. Penghulu mandailing untuk etnis dari Tapsel. Selain dari pada penghuluyang ada enam di tambah lagi Kapiten kaling untuk mengurus orang2 India dan Kapiten Arab untuk org Arab serta Kapiten Cino untuk orang2 China. Dalam hal ini jelas bagi kita bahwa penetapan Sibolga pertama kali dengan resmi adalah sejak perpindahan penduduk Poncan Ketek ke sibolga karena sibolga telah di bangun pada tahun 1850 dan resmi pulalah Sibolga pada tanggal 1 Maret 1851 menjadi Sibolga dengan peresmian adat Sumando Etnis pesisir.
Share:

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.

Popular Posts

Alamat

Featured Post

Ekspresinya Arumi

BTemplates.com

Label

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Recent Posts

Label Cloud

Berita (8) Budaya (5) CAMERA (1) Dokumentasi (2) Dunia (1) Islam (1) Nasional (3) Sejarah (3) Seni Tari (2) Sibolga (2) Traveling (1) Uang (3) Wisata Bahari (1)

Sample Text

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.

Pages