Bagi warganet (netizen, citizen), penggunaan istilah zaman now
bukanlah sesuatu yang asing. Istilah ini sering dimunculkan dalam
berbagai komentar dan aktivitas netizen selama berselancar di media
internet. Awalnya netizen menggunakan istilah Kids jaman now, kini hanya frase zaman nowyang mengikuti kata lain sebagai pengganti kata kids. Misalnya, gubernur zaman now, orang tua zaman now, mahasiswa zaman now, sekolah zaman now,
dan lain-lain. Apakah Anda juga pernah menggunakannya? Kalaupun tidak,
mungkin Anda pernah mendengar atau membacanya. Dalam tulisan ini saya
akan membahas mengenai penggunaan istilah zaman nowyang begitu seringnya digunakan.
Entah siapa yang pertama kali dan di mana dimunculkan, istilah zaman now
ini kerap digunakan. Istilah ini pernah juga di-tweet oleh acount
twitter @kemdikbud.ri untuk menjelaskan penulisannya yang benar. Awalnya
warganet sering menulis jaman now, dan disarankan yang benarnya adalah zaman now; dan lebih baik lagi ialah menggunakan padanannya dalam bahasa Indonesia, yaitu zaman sekarang.
Dalam ilmu linguistik (ilmu bahasa), bentuk zaman now terdiri atas dua kata, yakni zamandan now. Secara etimologi, kata zaman
berasal dari bahasa Indonesia yang artinya (1) jangka waktu yang
panjang atau pendek yang menandai sesuatu; masa, dan (2) kala; waktu.
Sementara nowadalah kata yang berasal dari bahasa Inggris yang bisa diartikan 'sekarang'. Dengan demikian secara harafiah zaman now dapat diartikan sebagai 'zaman sekarang' atau 'masa kini' atau juga 'saat ini'.
Sebuah kata atau frase yang menjadi sebuah istilah bisa terjadi perubahan makna (semantic change). Perubahan ini bergantung pada konteks penggunaannya. Istilah zaman now
adalah istilah yang ditarik dari "Kids jaman now" sebagaimana yang
digambarkan sebelumnya. Penggunaan istilah "kids jaman now"
menggambarkan keadaan anak-anak zaman sekarang. Jika mengaitkan
kebiasaan anak-anak zaman sekarang dengan yang sebelumnya, kita akan
menemukan hal-hal yang berbeda di situ. Misalnya, gaya hidup yang
bergantung pada gadget. Apapun yang dilakukan selalu diabadikan dengan kamera atau bahasa kerennya selfi. Mau makan, harus selfi; sedang tidur, selfi juga; sedang menangis karena patah hati dicuekin atau ditinggalkan pacar, selfi juga; bahkan mau bunuh diri juga selfi juga. Heheheh.. siapa yang sering seperti itu; pasti dalam hatinya "Wah, aku banget nih". Kena deh!
Tidak sebatas mengabadikan gambar, setelah selfi tidak afdol
kalau tidak di-posting. Makan di KFC, di-post. Padahal mungkin baru
sekali masuk KFC. Kalau sedang makan ubi bakar mungkin akan berpikir
beberapa kali sebelum di-posting. Sedang tidur di-post dengan gambar
tertutup mata, lalu keterangan gambar "sedang tidur". Lucu bukan. Siapa
yang tidur, siapa yang mencet kamera. Begitulah kira-kira gambaran "kids
jaman now". Demikian dipahami bahwa istilah "kids jaman now" adalah
suatu kebiasaan remaja masa kini yang berbeda dengan remaja masa lalu.
Perbedaan itu cenderung berkonotasi negatif--terlalu berlebihan dari
yang sewajarnya.
Konteks penggunaan suatu kata atau frase yang
menjadi sebuah istilah bisa mengalami perubahan atau juga pergeseran
makna. Istilah zaman now ini sering dilekatkan mengikuti kata
yang lain dengan pengertian yang sama. Inilah perlikau generalisasi
(perluasan) semantis. Dengan kata lain, sebuah kata mengalami perluasan
arti daripada yang sebelumnya. Istilah dulu hanyalah "kids jaman now",
kini apapun bisa dilekatkan dengan zaman now, misalnya ayah zaman now, dan lain-lain. Inilah salah satu fakta bahwa bahasa bersifat kreatif sebagaimana dikatakan Noam Chomsky, pakar bahasa generatif.
Jadi zaman now tidak sekedar memiliki arti 'masa kini' atau 'zaman sekarang' semata, tetapi lebih dari itu. Istilah zaman now memiliki arti "berbeda dari lazimnya". Seperti itulah gambaran arti istilah zaman now.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar